Lebih dari 2100 Developer dan Publisher Aktif Bangun Gim Per Tahun, Komdigi Luncurkan Indonesia Game Rating System

STAR-NEWS.ID Digital – Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) Republik Indonesia bersama Asosiasi Game Indonesia (AGI) menggelar Indonesia Game Developer eXchange (IGDX) Business & Conference 2025,.

Acara tahunan yang digelar di The Stones Hotel, Kuta, pada 9-11 Oktober 2025 ini merupakan ekosistem industri Gim terbesar di Asia Tenggara.

Menteri Komunikasi dan Digital RI, Meutya Hafid menegaskan peran strategis Indonesia di kancah global, bukan sekedar pasar, Indonesia adalah rumah inovasi.

“Dari talenta muda, kisah orisinil, hingga teknologi kreatif, kita siap memberi warna baru pada industri global. IGDX adalah bukti bahwa Asia Tenggara bukan hanya tumbuh, tapi siap memimpin sebagai pusat kekuatan digital kreatif dunia,” kata Meutya.

Berdasarkan data dari Peta Ekosistem Industri Gim Indonesia 2024, Indonesia memiliki 154 juta pemain gim, terbesar ke-4 di dunia.

“Indonesia menyumbang 40% dari seluruh pemain gim Asia Tenggara,” jelasnya.

Meutya menyebut, kontribusi industri gim terhadap PDB mencapai hingga Rp71 triliun (0,34%) per tahun dan lebih dari 2100 developer dan publisher aktif membangun ekosistem nasional.

Untuk itu, Komdigi resmi meluncurkan Indonesia Game Rating System (IGRS), yakni sebuah kebijakan klasifikasi Nasional yang merefleksikan budaya, norma dan tradisi Indonesia untuk produk Gim berdasarkan muatan konten dan kelompok usia.

Kelompk usia mulai dari usia 3+, 7+, 13+, 15+, dan 18+ sehingga penerbit dapat mengajukan klasifikasi untuk memperoleh label rating resmi IGRS bagi Gim-nya.

“IGRS hadir sebagai wujud komitmen kolektif untuk melindungi ruang digital Indonesia dan menjaga keselamatan generasi muda, sekaligus menjadi instrumen strategis bagi pengembangan industri Gim lokal,” kata Meutya.

Meutya menjelaskan, dengan memberikan kepastian regulasi, pedoman konten yang jelas, dan label rating yang meningkatkan kepercayaan konsumen, IGRS membuka peluang bagi pengembang dan penerbit Indonesia untuk berinovasi secara bertanggung jawab.

Industri gim dalam ajang IGDX Business & Conference – Foto: Star-News id

Selain itu juga bisa memperkuat daya saing Gim lokal, serta menjangkau dan mempermudah kerja sama dengan platform global dan produk Gim asing untuk mengimplementasi rating IGRS.

“Kehadiran IGRS bukan hanya melindungi pengguna dan masyarakat di ruang digital, tetapi juga menumbuhkan ekosistem yang sehat, aman, dan kondusif bagi kreativitas serta pertumbuhan industri Gim nasional,’ ujarnya.

Presiden Asosiasi Game Indonesia Shafiq Husein mengatakan, IGRS memberikan transparansi dan keterbukaan bagi industri gim dan membuka kerjasama dengan pemerintah, untuk mengkolabirasikan rating system di industri gim.

“Peratingan gim sangat positif. Itu dibuat untuk protecting kita juga pembagianya juga kita tau dan secara transparant dan terbuka,” kata Shafiq.

Dengan adanya IGRS akan membuka ruang komunikasi bagi developer. Menurutnya, sebelum Komdigi menerbitkan IGRS, para pengembang industri gim di Indoensia menggunakan Rating System dari luar. IGRS juga dianggap bisa membantu menghindari adanya blokir.

“Karena saat IGRS itu keluar kan sudah dicap oleh pemerintah bahwa ini sesuai gitu lo. Jadi ke depanya kannga mungkin dia menarik itu kembali,” ucapnya.

Country Head Garena Indonesia Hans Kurniadi Soleh menambahkan, Game Rating System merupakan kebijakan yang positif bagi industri gim di Indonesia.

“Menurut saya itu sesuatu yang cukup positif. Itu tuh sudah trial selama beberapa lama, jadi pelaku industri juga diinfo dan itu akan menjadi payung yang mengatur, jadi menurut saya ini salah satu yang cukup positif dan bisa membantu industri gim bisa berkembang lagi ke depanya,” ujar Hans.

Follow and share Google News