Lomba Ngelawar di SVF 2025, Upaya Lestarikan Tradisi Turun Temurun yang Mulai Pudar

STAR-NEWS.ID Tradisi – Tradisi kebersamaan dalam pembuatan lawar yang menggunakan alat tradisional dan dilakukan secara bersamaan mulai terkikis oleh teknologi moderen, sehingga banyak generasi muda yang mulai meninggalkan tradisi membuat lawar itu.

Untuk menjaga tradisi yang mulai pudar ini, Sanur Chef Community menggelar lomba ngelawar sekaligus meramaikan ajang Sanur Village Festival ke-18 yang digelar di Muntig Siokan Pantai Mertasari, Sanur pada Sabtu, 8 November 2025.

Ketua Panitia Lomba Ngelawar Bayu Kristiawan mengatakan, sebanyak 6 kelompok Sekaa Teruna Teruni dari Sanur berkompetisi membuat lawar berbahan biota laut.

“Event ini saya buat sebenarnya agar ada berkesinambungan, ada kelanjutanya, karena keahlian dari ngelawar ini masih di dominasi oleh orang tua – orang tua mereka. Makanya hari ini saya gelar acara lomba ngelawar ini tanpa sentuhan sedikitpun dari orang tua – orang tua mereka. Dan nantinya setelah mereka misalnya mereka – mereka sudah menikah akan ada regenerasi dari STT – STT berikutnya,” kata Ketua Panitia Lomba Bayu Kristiawan, Sabtu, 8 November 2025.

Pemilihan bahan dari biota laut menurutnya, untuk membantu mendongkrak perekonomian nelayan yang ada di Sanur. Peserta lomba ngelawar diberi kebebesan untuk berkreasi memadukan olahan biota laut dan sayur-sayuran seperti daun belimbing, kelapa, jantung pisang, nangka dan sayur lainnya.

“Kita beri mereka kebebasan seluas luasanya, kita tidak mematok bahan dasarnya apa mereka berkreasi seluas luasnya. Keunikan bahan juga akan kita lihat. Yang tidak biasa dipakai lawar, contohnya seperti bulung itu agak agak tidak pernah lihat untuk digunakan sebagai lawar,” jelasnya.

Sementara itu, Indra, Ketua Kelompok dari salah satu tim teruna teruni dari Sanur mengungkapkan, alasan dirinya mengikuti lomba membuat lawar untuk meneruskan tradisi leluhur.

Lawar hasil kreasi peserta lomba – Foto: Star-News. Id

“Itulah alasan kita untuk ikut lomba ngelawar ini. Artinya biar ada regenerasi untuk ke depan nya. Biar ga nanti hanya sebagai sejarah. Tradisi itu tidak bisa didiamkan saja tetapi dijalankan juga. Kalau bukan kita siapa lagi. Makanya kita dari lomba, dari di rumah pun kita sebenarnya sudah bisa belajar,” jelas Indra.

Juri Lomba Ngelawar Ida Bagus Ketut Laba menjelaskan, lawar merupakan makanan tradisional khas yang menjadi simbol kebersamaan dan kegotongroyongan warisan leluhur masyarakat Bali.

Tradisi ngelawar di Bali ditandai dengan bunyi ketukan pisau yang beradu dengan talenan saat mencacah rempah-rempah seperti jahe, kunyit, lengkuas, serai, cabe dan rempah lainnya untuk dijadikan bumbu.

Lawar merupakan hidangan tradisional turun temurun yang umunya akan disuguhkan dalam setiap upacara adat umat Hindu Bali yang berdasar pada konsep bebantenan. Selanjutnya tradisi ngelawar itu berkembang di Bali.

“Sebenarnya basiknya lawar itu makanan yang disuguhkan untuk saran upacara di Bali,” jelas Chef Ida Bagus.Ketut Laba.

Akan tetapi seiring berjalanya waktu, lawar yang terbuat dari daging, biota laut atau sayuran itu saat ini bisa ditemukan di kedai makan, restoran hingga hotel.

“Gelaran lomba ngelawar untuk mendorong generasi muda menjaga simbol gotong royong dan kebersamaan masyarakat Bali yang sudah ada seja dulu,” ucapnya.

Follow and share Google News