Jelang Nyapi, ST Jaya Canthi Kedongan Angkat Legenda Ngaro dalam Parade Ogoh Ogoh

STAR-NEWS.ID Tradition – Dalam menyambut perayaan Hari Raya Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1947, masyarakat Hindu Bali mempunyai tradisi yang menarik antara lain membuat Ogoh Ogoh yang akan dilonbakan dan diarak di saat Upavara Pengerupukan menjelang pelaksanaan Catur Brata Penyepian.

ST Jaya Canthi Banjar Pasek Desa Adat Kedonganan bakal membawakan legenda kuno jaman Kerajaan Majapahit yang digambarkan dengan Ogoh Ogoh dan sendra tari bertema Ngaro.

Ketua Lingkungan Banjar Pasek Desa Adat Kedonganan Kuta Bali, I Ketut Budi mengatakan, tema Ngaro yang diusung ST Jaya Canthi menceritakan kisah Patih Arya Kuda Panolih dari Maduta yang akan dijadikan Patih di Kerajaan Bali oleh Raja Bali Sri Aji Dhalem Smara Kepakisan.

Arya Kuda Panolih pun memenuhi ajakan Raja Bali itu dan berangkat ke Bali bersama Aji Dhalem Kepakisan menggunakan perahu dan singgah di Pantai Canggu.

Dalam perjalananya, Dhalem Bali ingin menguji kesetiaan Patih Arya Kuda Panolih dan Kemudian mencemplungkan sebuah keris ke dalam lautan.

“Karena ingin menunjukan kekuatan dan kesetiaan kepada Raja Bali, dia langsung nyemplung ke dalam laut untuk mengambil keris yang telah berubah menjadi Naga, yang dikejar sampai di Pantai Karang, Sanur,” kata Kerut Budi, di Kuta Bali, Senin, 24 Maret 2025.

Ia menjelaskan, saat di Pantai Karang Patih Arya Kuda Penolih bertemu dengan Ikan Kokak atau Kerapu.

“Ikan Kokak memberitahu kalau keris Naga itu ada di sekitar Pantai Karang lalu membantu Arya Kuda Panolih dengan menjadi tumpangannya untuk mengejar Naga tersebut. Akhirnya Arya Kuda Panolih berhasil menangkap keris Naga tersebut dan dimasukkan ke saungnya kembali,” jelasnya.

Ketua Lingkungan Banjar Pasek Desa Adat Kedonganan Kuta Bali, I Ketut Budi bersama ST Jaya Canthi Kedongan – Foto: Star-News.id

Saat kembali ke atas perahuterjalin kesepakatan dengan Aji Dhalem Kepakisan bahwa ia dan semua keturunannya tidak boleh mengonsumsi ikan cucul dan ikan kokak yang merupakan utusan dari Dewa Baruna.

Kemudian sebagai ucapan syukur kepada Dewa Baruna serta merta sebagai tonggak kejadian tersebut dibuatlah ritual Ngaro dan keris yang dikejar itu diberi nama Ki Bangawan Canggu.

Teman Ngaro diambil lantaran ada kekuatan dari raja-raja jaman dahulu dan mengandung unsur seni dengan wajah seram.

Koreo Fragmen Tari Komang Sudiarta menjelaskan, untuk parade menggunakan properti antara lain perahu, ikan kerapu, jukung nelayan kecil dan ikan-ikanan serta naga.

Dalam parade Ogoh Ogoh dan fragmen tari mau pun bale ganjur ST Jaya Canthi Banjar Pasek Desa Kedonganan melibatkan sekitar 100 orang.

“Masing-masing koreo nanti melibatkan dua orang. Kita melibatkan lumayan banyak peserta, 45 orang penari, baner dan obor 30 orang, bale ganjur 21 orang,” jelas Komang Sudiarta.

Ketua ST Jaya Canthi Banjar Pasek Desa Kedonganan I Ketut Andika Pramana Putra menambahkan, dalam proses pembuatan properti dan Ogoh Ogoh mengalami beberapa kendala antara lain susahnya mengumpulkan anggota Seka Truna.

Kendala lain yang dialamk yakni masalah dana yang diperlukan untuk pembuatan properti. Ia menjelaskan dalam pembuatan properti membutuhkan waktu sekitar 3 bulan dengan bahan ramah lingkungan menghabis kan dana sekitar Rp 90 juta.

“Jujur kita kekurangan dana. Sampai sekarang hingga berdiringa Ogoh Ogoh kita itu sudah mengeluarkan dana sebanyak Rp 75 juta. Itu baru sampai berdirinya Ogoh Ogoh. Kalau sampai di hari H membutuhkan dana sekitar Rp 90 juta,” jelasnya.

Dana di peroleh dari bantuan pemerintah, dan juga anggota dewan hingga pemilik kafe di banjar.

Follow and share Google News