STAR-NEWS.ID Bisnis – Kehadiran Koperasi Desa/Kelurahan (Kopdes) Merah Putih bukanlah ancaman bagi pelaku usaha lokal seperti warung kecil atau Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Hal itu ditegaskan oleh Wakil Menteri Koperasi (Wamenkop) Farida Farichah dalam Agenda Forum Tematik Pengawasan Kopdes Merah Putih Berbasis Partisipasi Anggota dan Masyarakat di Bali, Jumat, 12 Desember 2025.
“Sebaliknya, koperasi ini diharapkan menjadi mitra yang memperkuat dan mengkonsolidasikan potensi ekonomi desa, termasuk produk lokal dan hasil pertanian lokal,” kata Wamenkop Farida.
Farida menegaskan, pengelolaan koperasi dilakukan secara demokratis oleh anggota, berbeda dengan BUMDes yang pengelolaannya berada di tangan kepala desa dan perangkatnya.
“Dengan koperasi, seluruh masyarakat dapat berperan aktif dalam pengambilan keputusan,” jelasnya.
Ia juga mengingatkan, agar Kopdes/Kel Merah Putih menghindari sifat eksklusif. Seluruh warga desa dan kelurahan harus memiliki hak yang sama untuk bergabung dan merasakan manfaatnya.
“Keberhasilan program Kopdes Merah Putih tidak hanya bergantung pada Pemerintah, tetapi juga membutuhkan peran aktif seluruh elemen masyarakat desa dan kelurahan,” ujar Farida.
Farida menyampaikan, hingga saat ini, sudah terbentuk sekitar 82.800 koperasi desa dan kelurahan berbadan hukum yang terdaftar di Sistem Informasi Manajemen Koperasi (SimkopDes).
Dari jumlah tersebut, data pembangunan fisik seperti gedung dan gudang telah mencapai 23.000 unit, sementara data lahan yang masuk mencapai sekitar 37.000.
“Angka ini menunjukkan tantangan, sekaligus peluang besar dalam mewujudkan cita-cita Presiden Prabowo Subianto, yaitu menjaga dan mewujudkan swasembada pangan serta membangun ekonomi desa yang mandiri,” jelasnya.
Program Kopdes Merah Putih ini bukan hanya tugas Kementerian Koperasi (Kemenkop), tetapi merupakan tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat yang terlibat. Mulai dari pengurus, pengawas, pemerintah desa, hingga masyarakat luas.
“Pentingnya pengawasan dan partisipasi aktif masyarakat dalam proses pembangunan fisik, operasionalisasi, dan pengelolaan koperasi,” ujarnya.
Menurutnya, koperasi merah putih milik bersama masyarakat desa dan kelurahan, sehingga setiap warga berhak untuk menjadi anggota dan ikut mengawasi agar koperasi berjalan profesional, transparan, dan akuntabel.
Farida menegaskan, keberhasilan koperasi tidak hanya diukur dari kokohnya bangunan atau besarnya Sisa Hasil Usaha (SHU), tapi juga dari partisipasi anggota yang aktif.
“Saat ini, rata-rata anggota koperasi desa masih kurang dari 20 orang per koperasi, dan kami berharap angka ini dapat terus meningkat,” imbuhnya.
Wamenkop menambahkan Kemenkop terus melakukan koordinasi dan pendampingan.
“Namun, keterbatasan pengawas di tingkat kabupaten dan provinsi membuat kami sangat mengharapkan partisipasi masyarakat dalam mengawal program ini,” ujarnya.
Penyelenggaraan forum tematik yang digelar di Bali, diharapkan menjadi wadah efektif untuk menyampaikan masukan dan meningkatkan pengawasan, agar Kopdes Merah Putih dapat berperan optimal dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kelurahan di seluruh Indonesia.
Forum tematik digelar di 10 provinsi sebagai pilot project. Acara ini melibatkan berbagai unsur masyarakat, mulai dari pendamping koperasi, dinas koperasi, pengurus, pengawas koperasi, organisasi masyarakat, hingga masyarakat umum.
Farida berharap, agar Kopdes Merah Putih dapat menjadi motor penggerak ekonomi desa yang kuat dan mandiri.
“Kami berharap koperasi existing dapat menjadi mentor bagi Kopdes Merah Putih yang baru lahir dan mulai berproses operasional,” katanya.
Sekretaris Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Bali I Ketut Meniarta menyampaikan, terdapat tantangan ketersediaan lahan di daerah perkotaan yang padat. Namun pihaknya terus mencari solusi dan berkolaborasi dengan berbagai stakeholder, termasuk TNI, untuk mendukung percepatan pembangunan dan operasionalisasi koperasi.
Selain itu, Pemerintah Pusat bersama Daerah juga mendorong pengembangan inkubator bisnis sebagai kunci penggerak usaha di koperasi desa.
“Pengurus baru juga perlu memiliki semangat kewirausahaan agar tidak kebingungan dalam menjalankan usaha koperasi,” kata Ketut Meniarta






