STAR-NEWS.ID Music – Pertunjukan karya gamelan terkini yang dikemas dalam Festival ‘Mi-Reng 2025: New Music for Gamelan’ digelar di Gedung Unit 1 Kompas Gramedia, Ketewel pada 2-6 Agustus 2025.
Mireng atau mendengarkan dengan seksama, menjadi bentuk pelarasan dan bukan sekadar mengajak pendengar untuk menikmati bunyi. Tapi, menyimak ulang gamelan sebagai medan penciptaan, sistem terbuka dan sumber daya artistik yang bergema lintas masa.
Kurator Wayan Gde Yudana mengatakan, festival yang digelar ini sekaligus menjadi penghormatan kepada maestro gamelan Bali modern I Gusti Putu Made Geria (1906–1983).
“Pemikiran Geria adalah landasan penting dalam memahami gamelan bukan hanya sebagai praktik seni, tapi sebagai sistem pengetahuan dan spiritualitas,” kata Gde Yudana, Sabtu, 2 Agustus 2025.
Ia mengatakan, new music for Gamelan menjadi tempat gending baru lahir. Sejumlah musisi meramu instrumen pukul dengan memadukan dengan elektroakustik dan sintesis digital.
Festival ini merupakan puncak dari rangkaian kegiatan yang telah berlangsung sejak awal 2025. Dimulai dengan Lokacipta selama lima sesi di Gedung Kompas Gramedia Ketewel pada April 2025.
Kurator Warih Wisatsana menambahkan, dalam perkembangannya, gamelan bersifat adaptatif dan mampu menyesuaikan diri di ruang yang lebih luas.
“Dari sinilah Mi-Reng tumbuh sebagai ruang yang bukan hanya musikal, tapi juga filosofis,” kata Warih.
11 ensemble terpilih yang akan tampil antara lain, CIRAT, Gamelan Nata Swara, Gamelan Salukat, Gamelan Yuganada, [Ha] N.N, KADAPAT, LAS Ensemble, Linggar Prakerti, Palwaswari, Roras Ensemble dan Sekaa Black Kobra.
Sebelumnya, festival ini telah berjalan sejak 2011. Dimulai dari ‘Triple 2: A Tribute to Wayan Sadra’. Program ini melahirkan proyek penting seperti, Komponis Kini yang memberi penghormatan pada Wayan Lotring (2016) dan Wayan Beratha (2019).
Selain itu, new music for Gamelan juga mendukung penampilan grup baru di tingkat internasional seperti, Gamelan Salukat dan Gamelan Wrdhi Cwaram.
