STAR-NEWS.ID Nasional – Ketua Umum Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Norman Yulian mengatakan, jumlah disabilitas di Indonesia mencapai 22 – 24 juta orang. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus bertambah oleh berbagai faktor.
Penyumbang jumlah disabilitas terbesar kata Norman yakni faktor kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja dan akibat menderita sakit.
Norman Yulian menjelaskan, disabilitas memiliki kemampuan yang sama dengan non disabilitas. Di bidang olahraga, kata Norman, para atlet disabilitas juga menunjukkan kemampuan dari profesi yang ditekuninya.
“Ini membuktikan bahwa disabilitas mampu misalnya, kalau angkat berat yang saya ketahui, banpress itu mengangkat sambil rebahan, dia menggunakan otot tangan dan itu sama seperti yang dilakukan atlet non disabilitas,” kata Norman Yulian dalam acara Talk Show Olah Raga Disabilitas di Nusa Dua, Bali, Kamis, 19 Desember 2024.
Dirinya berharap, disabilitas mendapatkan kesempatan yang setara dengan kelompok pada umumnya.
“Harapan saya, adanya kolaborasi dengan banyak pihak, kegiatan mereka diekspos supaya memberikan wawasan kepada masyarakat terhadap teman-teman disabilitas,” jelas Norman Yulian.
Sementara itu, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) menyusun program kegiatan olahraga bagi disabilitas. Rancangan Program Kita Bisa Bergerak itu untuk mengajak disabilitas berolahraga atau bergerak.
Menurut data BPS dari 22 juta penyandang disabiltas di Indonesia hanya terdapat 11,6 persen disabilitas yang melakukan olahraga dalam waktu satu minggu.
“Jadi melihat data BPS ini tentu saja Kementerian Pemuda dan Olahraga akan memikirkan program-program yang tepat untuk kawan kita penyandang disabilitas, untuk bisa mengajak mereka untuk bergerak,” kata Analis Kebijakan Ahli Muda Kemenpora Irul Trishima Atias
Kemenpora mentargetkan pada 2029 terjadi kenaikan hingga 15 persen untuk disabilitas yang melakukan olahraga dalam seminggu terakhir.
“Kenapa masih seminggu terakhir? Karena kita mengajak itu seminggu saja untuk bergerak. Minimal menyadarkan mereka betapa pentingnya olahraga itu sangat berkaitan dengan kualitas kesehatan orang disabilitas maupun non disabilitas,” jelasnya.
Program Kita Bisa Bergerak yang dirancang oleh Kemenpora mengenalkan cabang olahraga kepada disabilitas, dan sosialisasi olahraga kepada penyandang disabilitas.
Kemenpora juga bekerjasama dengan PUPR membuat standar infrastruktur yang ramah disabilitas, ramah anak dan lansia. Salah satunya training camp khusus untuk disabilitas yang dibangun di Karanganyar, Solo, Jawa Tengah
“Saat ini yang sudah ada itu baru Sekolah Khusus Olahraga Disabilitas Indonesia (SKODI) yang berada di Solo. Itu pembinaan mulai dari usia SMP,” kata Irul.
SKODI di Kota Solo melakukan pembinaan untuk 4 cabang olahraga yakni, atletik, renang, tenis meja dan bulutangkis. Di sekolah itu, talenta para calon atlet disabilitas ini dibina secara berjenjang dan berkelanjutan.
“Atlet-atlet disabilitas ini mampu lo menyamakan ama yang non disabilitas, itu yang perlu kita apresiasi,” ucapnya.