STAR-NEWS.ID Nasional DTW Jatiluwih Tabanan, Bali merupakan hamparan sawah berundak yang telah diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia.
Desa wisata di lereng Gunung Batu Karu ini menjadi lokasi kunjungan kerja pertama Menteri dan Wakil Menteri Pariwisata RI Widiyanti Putri Wardhana dan Ni Luh Puspa pada Senin, 9 Desember 2024.
Widiyanti mengatakan Desa Jatiluwih telah menunjukkan komitmen dan dedikasi yang tinggi dalam pengembangan potensi Warisan Budaya melalui penerapan sistem subak yang menjadi fondasi praktik agrikultur di Jatiluwih.
“Meskipun baru ditetapkan menjadi desa wisata pada tahun 2016, Desa Jatiluwih telah lama menunjukkan Upaya secara komunal dalam pengembangan pelestarian Budaya dan Lingkungan,” kata Menpar Widiyanti.
Dalam kunjunganya ke ke subak heritage UNESCO itu, Menteri Pariwisata mendapatkan masukan untuk mendukung pembangunan areal parkir.
Widiyanti meminta pengelola desa wisata Jatiluwih menberikan rincian pembangunan lahan parkir.
“Tempat parkir itu penting sekali, nanti bapak bisa sampaikan berapa kebutuhan untuk kendaraan per hari, per waktu yang sama itu,” jelasnya.
“Per hari kan bisa variasi dari jam-jam nya ya, jadi berapa luas tanah yang dibutuhkan mungkin,” tambahnya.
Saat Nataru tahun ini, kunjungan wisman ke Jatiluwih diprediksi meningkat 20 persen. Sedangkan wisatawan domestik tetap berada di angka 1000-1500 kunjungan per hari.
Deputi Destinasi Kementerian Pariwisata Hariyanto mengatakan, soal pembangunan areal parkir, pemerintah pusat dapat melakukan intervensi melalui Dana Alokasi Khusus (DAK).
Hanya saja, menurut Hariyanto, anggaran DAK baru bisa diproses tahun 2025 untuk tahun 2026.
“Karena itu harus satu tahun sebelumnya, sumber yang memungkinkan memang dari DAK karena ini pembangunan fisik,” kata Hariyanto.
Sementara Kepala Pengelola Desa Wisata Jatiluwih Jhon Purna mengatakan, pihaknya merancang alur wisatawan ke destinasi Jatiluwih menggunakan armada boogie.
Kendaraan wisatawan hanya sampai lahan parkir di luar areal spot wisata. Menurutnya, lahan yang tersedia seluas 1-1,5 hektar yang bisa digunakan untuk lahan parkir.
“Tanah itu perabot Pura yang bisa dipakai untuk lahan parkir mungkin sekitar 1-1,5 hektar, dan tentu saja butuh armada Boogie untuk mengangkut wisatawan ke Jatiluwih,” kata Jhon Purna.
Sementara itu, Wamenpar Ni Luh Puspa mengatakan, prestasi yang telah dicapai Desa Wisata Jatiluwih diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi pengembangan desa-desa wisata lainnya di Indonesia.
Wamenpar mendorong kolaborasi yang kuat di antara seluruh pemangku kepentingan pariwisata termasuk industri untuk menyokong destinasi-destinasi terutama yang mengedepankan tradisi dan budaya masyarakat.