STAR-NEWS.ID Nasional – 105 unit moda transportasi darat Bus Trans Metro Dewata (TMD) berjejer rapi di terminal Ubung Denpasar dan sebagian di Sentral Parkir Kuta. Hal itu lantaran Pemerintah Pusat melalui Kementerian Perhubungan telah mensetop stimulus anggaran layanan operasional TMD.
Akibatnya ratusan bus favorit masyarakat Bali untuk 6 koridor itu harus berhenti beroperasi per 1 Januari 2025. Tak hanya itu, sekitar 317 pengemudi dan staf TMD harus menganggur dan menunggu kepastian waktu beroperasi kembali.
Direktur PT Satria Trans Jaya, Ketut Edi Dharmaputra mengatakan, stimulus untuk pengoperasian Trans Metro Dewata yang diberikan oleh Pemerintah Pusat melalui APBN berakhir pada 2024. Anggaran biaya layanan operasional per tahun sebesar Rp.76 miliar untuk 105 unit bus.
Akan tetapi kata Edi Dharmaputra Pemerintah Daerah ada kemungkinanan miskomunikasi dan terlambat merespon dalam pengambilan alih sehingga menyebabkan stagnansi.
“Ini ternyata mungkin miskomunikasi atau bagaimana, semestinya ini namanya stimulus artinya Pemerintah Daerah harus sudah siap. Di sini kelihatannya Pemerintah Daerah baru bisa menyiapkan per Juli, baru satu koridor,” kaya Edi Dharmaputra, di Terminal Ubung Denpasar, Kamis, 2 Januari 2025.
“Ini menyebabkan terjadi stagnansi, sehingga karena tidak ada pembiayaan dari pusat maka untuk sementara Trans Metro Dewata per 1 Januari disetop operasionalnya,” imbuhnya.
Akibat pemberhentian operasi 105 Trans Metro Dewata untuk 6 koridor itu, sekitar 317 pengemudi dan staf pun harus menunggu kepastian kembalinya bus Trans Metro Dewata untuk beroperasi kembali. Sementara gaji para pemgemudi akan dibayar hingga Januari 2025.
“Sementara kita tidak merumahkan, tidak mem-PHK, tadi sudah disampaikan sampai gaji bulan ini masih akan kita berikan, bulan ketiga belas kita akan berikan. Karena kita tahu dan paham bahwa pasti merupakan suatu tulang punggung pula bagi keluarga,” jelasnya.
Saat ini manajemen Trans Metro Dewata sedang menunggu hasil koordinasi yang sedang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Bali dengan Kementerian Perhubungan.
“Karena per 31 Desember kemarin, Bapak Pj Gubernur telah bersurat kepada Pak Menteri yang menyatakan kesiapan untuk hand over TMD pada bulan Juli untuk 1 koridor, sehingga diharapkan pemerintah pusat membiayai,” imbuhnya.
Diver Trans Metro Dewata Tatang yang memegang koridor 5 trayek Jimbaran – Sanur mengkapkan, saat dirinya mengunfornasikan TMD akan berhenti beoperasi banyak pemumpang yang mengaku kecewa, bahkan ibu-ibu pedagang yang biasanya menggunakan TMD juga menangis.
“Pemumpang-penumpang bis ini kan kebanyakan orang-orang menengah kebawah. Ibu-ibu yang jadi pedangang itu banyak yang menangis. Terus saya gimana kerjanya? Gitu,” kata Tatang.
Para pedangang itu, kata Tatang rata-rata dari Ubud dan berjualan di Nusa Dua, dari Tabanan ke Jimbaran, sehingga mereka memilih TMD karena ongkos transportnya terjangkau.
Tarif per 90 menit jika menggukan kartu untuk umum sebesar Rp 4.400 sementara pelajar dan mahasiswa sebesar Rp 2.000.
“Sehingga kemungkinan untuk pindah bus itu masih gratis. Jadi pp cuma Rp.9.000 saja,” kata Tatang.
Ia menyebut, koridor 5 yang dipegang selalu penuh dengan pemumpang. Rata-rata penumpang untuk koridor 5 kata Tatang anak-anak kampus.
Salah satu penumpang TMD Budi Kurnia mengaku keberatan akan pemberhentian layanan TMD. Pasalnya selama ini Budi selalu menggunakan TMD dari Denpasar ke Tabanan pagi dan sore.
“Setiap bulan saya 3 kali ke Ubud, jadi kalau sampai berhenti saya keberatan. Jangan ngelihat yang di atas, lihat yang di bawah sangat butuh sekali. Saya udah lansia umur 75 tahun. Mau tak mau harus pakai TMD,” kata Budi.
Selama beroperasi 105 TMD untuk 6 koridor mampu mengangkut 5000 penumpang per hari. Penumpang rata-rata para pedagang, mahasiswa dan pelajar serta wisatawan asing maupun domestik.