STAR-NEWS.ID Musik – The KLF Reenactment Society atau Bali Chapter mengangkat kembali sebuah band legendaris dari United Kingdom (UK) yang telah mati suri selama 30 tahun melalui Festival Mumuland yang akan digelar pada 23 Agustus 2024 mendatang.
The KLF Bali Chapter melakukan gerakan global untuk menghidupkan kembali K Foundation, sebuah yayasan seni yang didirikan oleh The KLF, serta kontroversi yang mengelilinginya.
Creative Director Tebo Aumbara mengatakan, The KLF merupakan band nomor satu di Inggris yang sedang naik daun pada tahun 1990an dengan penjualan albumnya hingga lebih dari 6 juta rekaman.
Akan tetapi ada situasi yang akhirnya membuat grup band itu meinggalan dunia industri musik secara komersial.
“KLF Chapter Bali sedang membuat aktivasi untuk tribute mereka yang ke-30 tahun tepatnya tanggal 23 agustus. Jadi kita itu melakukan movement dan memaknai pergerakan mereka,” kata Tebo, saat menggelar Mumuland Up Close di Rumah Tanjung Bungkak, Denpasar, Selasa, 23 Juli 2024 malam.
Dikatakan Tebo, movement untuk tribute The KLF bukan hanya sekedar musik, film atau festival, akan tetapi tentang sebuah perjalanan konseptual dan antropological theatre.
“Sehingga kita bisa melihat dua realitas hitam dan putih,” jelasnya.
Walaupun The KLF bukan band pada generasinya, dan tidak mengetahui secara memdalam tentang grup ini, akan tetapi Tebo mengaku pada jaman kapitalis seperti sekarang ini menurutnya suatu hal yang menarik jika berani untuk membuat karya yang unik.
“Aku setahun kerja dengan mereka sebagai cCeative Director aku ga tau siapa itu KLF karena jauh sekali dengan kondisi umurku. Tapi bukan masalah musik atau filmnya lagi. Tapi di kapitalis saat ini kan menarik kalau kita mau berani mengulik, terus gelisah, terus mau berkarya, itu hal yang menarik,” kata Tebo.
Mumuland Festival yang bakal digelar di Creative Hub Rumah Tanjung Bungkak (RTB) pada 23 Agustus 2024 mendatang juga akan menampilkan tari kontemporer dengan gerakan chaotic oleh koreografer Putri Lee.
Festival Mumuland akan disiarkan langsung secara global dengan penampilan dari KLFRS UK, KLFRS Prancis, KLFRS Swedia, dan KLFRS Papua.
“Acara ini benar-benar internasional,” ucapnya.
Sementara itu, Rudolf Dethu dari RTB mengungkapkan, KLF bukan hanya bermusik namun pada sebuah entitas berbeda di era 80-90 an. Kelompok musik itu memiliki kedalaman pemikiran tersendiri.
“Menurut saya event-event seperti ini penting. Karena KLF sesuatu yang berbeda. Mereka bukan orang main-main, orang-orang ini adalah para visioner,” kata Rudolf.