Fenomena Menumpuknya Sampah Musiman di Bali Jadi Sorotan, 4 Menteri Kabinet Merah Putih Turun Tangan

STAR-NEWS.ID Nasional Fenomena musim angin barat disertai curah hujan mengakibatkan Pulau Dewata harus menanggung penumpukan sampah kiriman yang terbawa oleh angin dari luar wilayah Bali.

Seperti yang terjadi di Pantai Kuta, sampah-sampah kiriman organik maupun unorganik yang menutupi hamparan pasir putih ditepian pantai ikon wisata dunia ini menjadi masalah krusial bagi pemerintah. Bahkan masalah sampah musiman di Bali ini juga menyita perhatian empat Menteri Kabinet Merah Putih era Presiden Prabowo.

Keempat menteri itu yakni, Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq, Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana, Menko Bidang Pangan Zulkifli Hasan, dan Menteri Pendidikan Dasar Menengah Abdul Mu’ti.

Menteri-menteri itu turun langsung untuk melakukan aksi bersih-bersih sampah di Pantai Kuta yang juga dihadiri oleh Pj. Gubernur Bali SM. Mahendra Jaya pada Sabtu, 4 Januari 2025.

Meskipun sempat diguyur hujan, aksi bersih pantai di Pantai Kuta juga diikuti oleh 2.115 peserta, mulai dari kalangan pemerintah daerah, TNI, Polri, pelajar, mahasiswa Poltekpar Bali, komunitas, tenaga kebersihan, Satgas Kuta, desa adat, LSM, serta media massa hingga pegiat media sosial.

Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan meyebut, jika penanganan sampah tidak dilakukan dengan benar sebagai budaya, dalam puluhan tahun ke depan,sampah di laut akan lebih banyak dari pada ikannya.

“Bayangkan kalau satu hari terdapat 600.000 ton sampah per hari. Berati bisa dibayangkan puluhan tahun lagi nanti lebih banyak sampah dari pada ikan di laut. Apa lagi sampah plastik susah terurai,” jelas Zulkifli dalam aksi bersih-bersih sampah di Pantai Kuta, Sabtu, 4 Januari 2025.

Menurut Zulkifli, penanganan sampah di Bali harus dilakukan dari rumah tangga sebagai budaya dengan cara memilah sampah sesuai dengan jenisnya sehingga bisa di daur ulang atau diolah menjadi energy.

Menumpuknya sampah yang tidak terurus kata Zulfkili juga akan berdampak pada ketahanan pangan. Menumpuknya sampah akan menjadi salah satu faktor penyebab berkurangnya populasi ikan di laut.

“Ini kan kalau sampah engga keurus nanti sampahnya kan lebih banyak dari pada ikannya. Pangan itu kan ada protein, protein itu ada ikan ada ayam dan lain-lain,” ucapnya.

Sementara itu, Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq menjelaskan, pantai Barat dan Timur Bali setiap tahunya akan mendapat kiriman sampah laut yang sebagian besar beralasal dari luar wilayah Pulau Bali. Persoalan sampah laut terjadi saat angin musim barat biasanya terjadi pada bulan Oktober sampai Maret setiap tahunnya.

“Jumlah sampah kiriman di pesisir Bali pada 2024-2025 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pada 2020-2021 yang mencapai sekitar 6.000 ton, sedangkan pada 2023 sekitar 2.900 ton,” jelas Hanif.

Sumber sampah laut di Bali sebagian besar berasal dari daerah lain khususnya dari sungai-sungai di Pulau Jawa yang bermuara ke Laut Jawa. Bahkan berdasarkan data sumber timbunan sampah yang dibawa ke Pantai Kuta sebagian berasal dari negara lain.

Untuk menangani permasalahan sampah di Bali, para menteri akan membentuk tim dengan rencana kerja aktif dan operasional termasuk anggaran dan susunan kerjanya.

“Ini akan kita kawal sampai bulan April. Jadi kami akan intervensi dengan dukungan pendanaan dan alat kalau diperlukan. Kita akan sharing dengan Pemerintah Kabupaten Badung dan Pemprov. Karena Badung ini Kabupaten yang kaya ya. Dan kita dukung itu dengan instrumen-instrumen dan kebijakan yang akan kita cover. Pak Menko tadi juga meminta kita kerjasama dengan semua menteri,” jelas Hanif.

Untuk itu, kata Menteri Hanif penting untuk berkolaborasi menangani sampah musiman di pantai-pantai di Bali secara konkret melalui kerja sama berbagai pemangku kepentingan, baik pemerintah maupun masyarakat.

“Apalagi Bali memiliki reputasi pariwisata internasional dan perlu juga edukasi lebih masif kepada masyarakat untuk bersama menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan,” ucapnya.

Tidak terkelolanya sampah dengan baik kata Hanif akan berkontribusi pada triple planetary crisis pada perubahan iklim, kehilangan keaneka ragaman hayati serta penyimpanan sampah.

“Di indonesia timbunan sampah nasional tahun 2023 tercatat sebesar 56,63 juta ton. Capain sampah hingga hari ini baru di angka 39 persen sehingga masih 60 persen sampah yang belum kita kelola dengan baik di Indonesia,’ ucapnya.

Dikatakan Hanif, pemerintah akan menghentikan semua Tempat Pembuangan Akhir yang dilakikan dengan Open Dumpling. Hal itu dilakukan untuk merubah budaya dalam penanganan sampah yang benar.

“Ada 306 TPA yang ada di Indonesia yang akan di akhiri. Tidak boleh lagi membuang sampah di TPA. Tapi sampah harus selesai di Hulu,” kata Hanif.

Follow and share Google News